Tempo hari, aku dan Ayi membicarakan hubungan seseorang yang tengah dilanda konflik kecil. Konflik itu diketahui Ayi karena yang bersangkutan curhat padanya. Konflik seperti itu memang biasa menjadi topik bahasan bagi kami untuk diambil pelajaran. Maksudnya jika suatu hari kami mengalami konflik yang sama sudah menyiapkan penangkalnya jauh-jauh hari.
Konflik itu dipicu karena pihak lelaki ketahuan suka chating dengan gadis lain. Pihak wanita yang cemburu ya wajar kalau merecoki chatingan itu dengan membalasnya menggunakan kata-kata penuh emosi. Manusiawi banget kalau hal itu dilakukan, bukan?
Tapi yang namanya laki-laki kan sering (hampir selalu) gak mau disalahkan, bukan? Meskipun ketahuan suka ngegombal pada cewek lain tapi tetap saja tidak mau disalahkan apalagi disuruh minta maaf. Satu-satunya cara agar konflik tidak membesar ya wanita yang mengalah. Membiarkan lelakinya chatingan dengan cewek lain. Fakta itu yang sering terjadi, bukan? Untuk itulah aku dan Ayi membahas hal itu. Berusaha mencari solusi dengan mendudukkan perkaranya terlebih dahulu.
Aku mengajak Ayi untuk melihat dari sudut pandang laki-laki. Mereka pada umumnya juga butuh hiburan setelah seharian letih bekerja sebagaimana wanita juga butuh hiburan setelah seharian sibuk mengurus rumah tangga. Hanya saja masing-masing memiliki hiburan yang seringkali bertentangan. Misalnya si lelaki terhibur dengan main game konsol sedangkan si wanita terhibur dengan aktivitas outdoor.
Brown Canyon Semarang |
Aku kemudian mengambil contoh diriku sendiri. Seringkali, jika aku suntuk, aku lebih memilih menghibur diri dengan bermain game seperti ML, PUBG, atau lainnya. Disamping itu, aku juga suka mengisi kejenuhan dengan jalan-jalan atau menulis. Namun di luar sana ada laki-laki yang mendapat hiburan saat chating dengan cewek lain. Hal itu tidak dapat dipungkiri. Ada sekelompok orang yang kesulitan menghibur diri dengan cara yang tidak menyakiti pasangan.
Kalau menuruti sakit hati, sebetulnya gak perlu jauh-jauh sampai melihat pasangan ngegombal dengan cewek lain, sih. Wong terkadang melihat pasangannya main game, mancing, nonton bola, main billyard, atau sekedar main catur sudah membuat bini uring-uringan. Sama halnya dengan laki-laki yang uring-uringan melihat bininya hanya ngerumpi sepanjang hari atau ketawa-tiwi memandang gadget tanpa mempedulikan orang di sekelilingnya.
Intinya, masing-masing pihak memang sama-sama memerlukan hiburan. Idealnya sih mereka atau kita bisa saling menghibur pasangan masing-masing sehingga pasangan kita tidak mencari hiburan lain. Tapi yang namanya ideal itu sangat sulit untuk dicapai. Kalau masing-masing pasangan bisa saling menghibur satu sama lain tentu dunia hiburan sepi, pariwisata kukut, sinema ataupun sinetron tak laku lagi, drakor pun tak akan lagi menjadi biang pertengkaran sebagian pasangan.
Sudah selayaknya manusia itu membutuhkan hiburan karena memang dari sononya dibekali sifat bosan. Kalau cara yang diajarkan kyai untuk mengatasi kebosanan tentu saja segera berlari minta pelukan Allah (fafirru ilallah). Kalaupun toh perjalanan wisata, nonton drakor, chating sama lawan jenis, atau hal-hal lainnya bisa mengobati kebosanan itu hanya sementara (jawa: tepake lali). Nanti kalau sudah balik ke asal atau aktivitas hiburannya sudah selesai ya balik bosan lagi.
Yang paling manusiawi ya dituruti saja maunya hati dengan mengharap keridloan Allah. Misalnya saja saat sedang bosan lalu pengen nonton drakor maka berdoalah semisal:
Ya Allah, aku bosan ya Allah. Memang engkaulah yang memberikan rasa bosan ini. Karena engkau yang memberikan rasa bosan tentu engkau pula yang dapat mengambil rasa itu. Maka dari itu, melalui nonton drakor ini ya Allah, semoga menjadi wasilah hilangnya kebosanan di dalam hati dan menumbuhkan semangat untuk beribadah pada-Mu lagi, ya Allah.
Begitu pula lelaki yang hiburannya chat dengan cewek lain bisa juga diarahkan seperti itu. Asal tidak pernah putus asa untuk berusaha menjadi orang baik, aku yakin, mereka tidak akan kebablasan sampai kumpul kebo, kok. Gak perlu juga dibalas dengan wanitanya ikut-ikutan chat dengan cowok lain. Kalau hal itu dilakukan malah akan mengundang perang dunia.
Bagaimanapun, budaya lelaki menangan masih menjamur di Indonesia. Melakukan apa saja yang diinginkan tanpa mempedulikan perasaan pasangannya, memperbudak (isti’bad) istri, atau berlaku semena-mena masih banyak dijumpai. Lha kalau sudah dapat pasangan yang seperti itu mau bagaimana lagi selain menerima keadaan dan berusaha menjaga keadaan agar tidak semakin gawat? Perceraian juga seringkali malah akan menambah masalah pada perempuan. Toh kalau menikah lagi juga belum tentu mendapat laki-laki yang lebih baik dari sebelumnya. Ya karna memang budaya mau menang sendiri masih dianut sebagian besar laki-laki Indonesia.
Kalau memang bosan menghadapi lelaki yang menyebalkan ya bersegeralah meminta pelukan Allah sambil nonton drakor, stalking fb, atau hal yang menyenangkan lainnya. Ingat betul doa di atas itu. Lama-lama laki-laki juga akan bosan chating sama bribikannya, kok. Kalau sudah begitu, biasanya mereka akan semakin sayang pada istri dan keluarga.
Siti Asiyah yang ahli ibadah saja mampu melayani Fir’aun yang zalim sepanjang hayatnya. Masak ada wanita yang menganggap lelakinya lebih zalim dari Fir’aun saat ini?