Pengalaman Menggunakan Mobil Karimun Kotak

Aku menggunakan mobil karimun kotak belumlah lama. Kalau tidak salah aku membelinya pada bulan Oktober 2023 yang lalu. FYI ini adalah mobil pertama yang aku miliki dan aku baru benar-benar bisa mengemudikan mobil setelah belajar menggunakan karimun kotak ini. Sebelumnya pernah belajar melalui lembaga kursus stir mobil di Unistama Salatiga. Aku mengambil paket kursus 20 kali pertemuan namun baru tiga atau empat kali pertemuan gak dilanjut lagi karena harus pindah ke Semarang.

Kondisi Karimun Kotak Pertama

Ide membeli mobil ini sebetulnya datang dari pak Suy. Beberapa kali saat ngobrol bareng, beliau sering menyuruhku untuk membeli mobil dengan beragam alasan. Jenis mobil yang disarankan beliau antara Karimun, Every, atau jenis City Car lainnya. Aku memilih mobil karimun kotak ini setelah mempertimbangkan banyak hal salah satunya adalah masukan dari teman-teman. Sebelumnya, aku beberapa kali mencoba melihat dan mengendarai Karimun Wagon namun aku memiliki kesan agak limbung saat digunakan untuk menikung berbeda dengan Karimun Kotak.

Aku membeli Karimun Kotak warna Gold tahun 2004 dari pak Miftah. Beliau adalah pegawai Kemenag di Salatiga yang selama ini sudah tidak asing karena beberapa kali bertemu saat ada acara di sekolah maupun acara keagamaan. Beliau mematok harga 47.5 juta dan sudah tidak bisa nego. Saat aku membelinya, ada beberapa PR yang harus segera ditangani antara lain:

  • Body bagian belakang penyok karena habis kebentur dengan tutup bak truk saat mundur
  • Accu agak bermasalah. Kadang bisa distarter kadang tidak
  • AC kurang dingin
  • Power steering terasa berat saat masih dingin
  • Central Lock agak bermasalah. Pintu bagian kiri belakang kadang bisa ngunci kadang tidak.
  • Indikator temperatur kadang hampir mentok atas saat digunakan untuk menapaki jalan menanjak dalam tempo yang agak lama

Itulah beberapa permasalahan yang aku rasakan saat awal mendapatkan unit Karimun Kotak.

Upaya Perbaikan Sambil Jalan

Upaya perbaikan yang pertama kali kulakukan adalah memperbaiki body yang penyok itu sekaligus meminta tukang service untuk membuat tarikan koplik lebih ringan sekaligus panjang. Aku yang baru saja latihan nyetir merasa agak repot kalau tarikan koplingnya pendek sekaligus berat. Seiring berjalannya waktu, setelah lumayan lancar menyetir, kopling pendek atau panjang tidak jadi soal.

Upaya kedua adalah memperbaiki AC sekaligus Central Lock. Waktu itu, cuaca di Salatiga cukup panas sehingga latihan nyetir mobil tanpa menggunakan AC cukup mengganggu. Di sisi lain, kalau mengajak anak-anak ternyata menghawatirkan kalau central lock tidak aktif. Bisa-bisa anak membua pintu saat mobil sedang melaju di tengah jalan. Ini pernah terjadi sehingga membuatku merasa sangat penting untuk segera membetulkan central lock.

EPS atau power steering sudah berusaha kuperbaiki di Bengkel namun belum membuahkan hasil. Katanya harus dibawa ke ahlinya. Salah satu yang direkomendasikan adalah mas Popo yang tinggal di daerah Kendal sana.

Perbaikan yang tidak terduga terjadi saat Karimun dibawa ke Lamongan untuk menjenguk Adik. Bebapa kali indikator temperator terlihat hampir mendekati batas atas. Aku mengira ciri khas mobil tua memang begitu namun ternyata dugaanku salah. Kejadian Karimun sering hampir Over Heat yang aku alami itu ternyata disebabkan oleh kerusakan pada water pump. Nah pada saat di bawa ke Lamongan itu water pump malah jebol sehingga air di radiator habis. Setelah waterpump diganti, drama indikator temperatur melonjak lebih dari separo sepertinya tidak pernah terjadi lagi sampai sekarang.

Kesan Menggunakan Karimun Kotak

hal yang paling berkesan menggunakan Karimun Kotak adalah keiritan bahan bakarnya. Aku tidak bisa menilai 1 liter BBM bisa menempuh berapa KM perjalanan. Hanya saja, aku merasa awalnya yang biasa nke mana-mana menggunakan kotor lalu berubah menggunakan mobil tidak begitu terasa perbedaan biaya BBMnya.

Sebagai gambaran, aku mudik dari Salatiga ke Tambakrejo (Bojonegoro) tidak menghabiskan separuh dari indikator BBM. Aku mengisi full di SPBU Karanggede dengan rute perjalanan melalui Gemolong(Sragen) – Ngawi tanpa tol.

Untuk laju atau kecepatan sudah cocok atau sesuai bagi orang yang tidak berani ngebut sepertiku. Aku mengemudi paling cepat paling-paling 100 kpj itupun kalau lewat tol. Kalau lewan jalan non tol paling rata-rata 70 kpj saja.

Kondisi Karimun Kotakku Sekarang

Aku sudah cukup nyaman dengan kondisi Karimun Kotak yang aku miliki sekarang. Starter yang awalnya kadang susah kadang gampang sekarang sudah lancar setelah diganti Accu. Sudah tidak pernah ketar-ketir over heat lagi karena indikator tempartur selalu stabil di tengah-tengah indikator. AC cukup dingin bahkan sering membuatku dilema karena kalau AC tidak dinyalakan kaca ngembun, tapi kalau dinyalakan membuatku atau penumpang lain kedinginan.

Memang masih ada beberapa PR yang kalau ada rejeki bisa dialokasikan ke sana namun itu bukanlah masalah yang harus segera di atasi. Masih bisa menunggu saat semua invoice cair.

Discover more from Blogger Sejoli

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading