Sebelum membahas mengenai peran guru, kita singgung dulu sedikit mengenai tujuan pendidikan. Menurut Montessori, tujuan utama pendidikan adalah Discovery & Liberation of Child. Artinya adalah pendidikan memiliki tujuan untuk menemukan segala potensi yang dimiliki anak dan memerdekakan mereka dari belenggu.
Daftar Isi
Memahami Makna Discovery
Setiap anak terlahir dengan segala potensi yang dimiliki masing-masing. Banyak mutiara-mutiara terpendam pada diri anak yang perlu ditemukan melalui beragam stimulus dan penyiapan lingkungan belajar yang baik.
Di dalam konteks agama, kita meyakini bahwa Allah tidak akan menciptakan sesuatu tanpa adanya tujuan atau tidak berguna sama sekali sesuatu diciptakan di dunia ini. Pasti ada guna dan potensi yang dimiliki. Demikian pula pada anak yang membawa segudang potensi. Pak Fahrudin Faiz1 (2024) pada buku Filsafat Pendidikan Anak mengatakan bahwa “Manusia itu adalah paket potensi, bukan paket jadi”.
Memahami Liberation of Child
Dengan adanya potensi yang dibawa oleh anak maka seyogyanya orang dewasa membiarkan anak belajar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya itu. Bukan malah memberikannya serangkaian target atau misi yang dipaksakan demi mengejar ambisi orang tuanya atau orang dewasa lainnya.
Ada orang tua yang merasa tidak memiliki pengetahuan agama yang cukup lalu berambisi menjadikan anaknya ahli agama dan memaksanya menghafal Al-Qur’an padahal karakter anaknya memiliki keterbatasan daya ingat. Sebaliknya anak itu memiliki potensi seni yang luar biasa seandainya didorong dan difasilitasi untuk belajar menggambar manual maupun digital dia akan bisa menjadi desainer grafis yang handal, komikus, atau seni visual lainnya yang akan sangat berguna untuk mewarnai dunia.
Di dalam kaidah ushul fiqih ada makolah “ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluhu” yang maksudnya kurang lebih adalah jika tidak bisa mengambil semuanya maka janganlah lantas meninggalkan semuanya. Jika kaidah itu ditarik dalam pembahasan mengenai dunia pendidikan yang sedang dibahas ini maka jika tidak semua potensi anak bisa diaktivasi maka jangan dinonaktifkan semuanya dengan mengabaikan mereka atau dengan memberi tugas atau misi yang jauh dari potensi yang dimilikinya.
Memahami Tugas Guru
Menurut Montessori, tugas seorang guru bukanlah banyak berbicara melainkan menyiapkan dan menyusun serangkaian motif dalam kegiatan budaya dalam lingkungan khusus yang dibuat untuk anak. Bahkan lebih lanjut lagi Montessori berkata bahwa instruksi guru tidak lebih dari sekedar bahasa isyarat entah menggunakan lambaian tangan, sentuhan, atau gerakan mata. Selebihnya biarkan anak melakukan eksplorasi kegiatan sesuai keinginan masing-masing.
Dengan memperbanyak ruang kebebasan pada anak untuk memilih caranya sedniri dalam belajar maka banyak potensi yang akan berkembang pada anak. Dia akan secara otomatis memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya untuk mempelajari perangkat pembelajaran serta lingkungan belajar yang telah disiapkan oleh guru.
- Fahruddin Faiz, Filosofi Pendidikan Anak, (Yogyakarta: MJS Press, 2024), hal. 4. ↩︎