Menilik Warga NU Naturalisasi di Salatiga Menjelang Musim Politik

Aku meminjam istilah naturalisasi dari kemenkumham untuk menggambarkan perubahan status keanggotaan seseorang. Meskipun sebetulnya kata itu kurang begitu tepat dan tidak bisa mewakili sepenuhnya apa yang aku ingin sampaikan.

Naturalisasi atau pewarganegaraan adalah proses perubahan status dari penduduk asing menjadi warga negara suatu negara.

Wikipedia

Istilah naturalisasi sangat sering terdengar pada bursa transfer pemain pada olahraga sepak bola di Indonesia. Berkat hal itu, istilah naturalisasi tidak lagi menjadi istilah asing bagi masyarakat Indonesia.

Warna NU Naturalisasi yang aku maksud pada artikel ini bukanlah seseorang yang awalnya bukan NU kemudian menjadi NU karena ada agenda politik saja. Tokoh atau warga NU yang saban hari ‘mlungker’ namun tiba-tiba menjadi macan gesit karena mendapat penumpang politik juga termasuk di dalamnya.

Waktu sowan mbah Zen, ketua PCNU Salatiga, aku mendapat beberapa cerita mengenai orang-orang yang tiba-tiba semangat membantu NU, menawarkan bantuan ini dan itu, maupun mengadakan acara ini dan itu menggandeng NU. Ada indikasi politik praktis di dalamnya.

Aku sendiri sebagai warga biasa yang tidak memiliki pengaruh apa-apa hanya bisa melihat tingkah polah mereka dalam usahanya saling memperebutkan suara warga NU. Mengamati strategi politiknya masing-masing sambil sesekali membuka kamus.

Naturalisasi bagiku adalah hal yang wajar dan manusiawi. Seseorang yang memiliki niat untuk ikut bursa politik entah itu caleg maupun walikotanya akan berusaha mencari dukungan dari mana saja. Termasuk dari organisasi yang selama ini tidak disukai sekalipun.

Saat ngopi bareng teman-teman NU, biasanya kami menertawakan beberapa orang yang berlaku konyol dalam usahanya mencari dukungan politik dari para sesepuh NU maupun lainnya dari unsur NU.

Saat pulang dari Madiun usai rapat bersama tim dari ITS Surabaya, kominfo dan inspektorat kota Madiun tempo hari, aku juga berdiskusi dengan pak bos terkait hal ini. Beliau yang bekerja di BPK selama 15 tahun dan menjadi tokoh penting di sana tentu saja memiliki pengalaman bejibun menghadapi politisi yang beraneka warna. Oleh sebab itu, selama perjalanan pulang, kugunakan untuk mendapatkan wejangan.

Leave a Reply